Tips Saat Gempa Bumi

Gempa bumi 8,7 pada Skala Richter yang terjadi Senin (28/3) pukul 23.09 di dasar laut antara Pulau Nias (Sumatera Utara) dan Pulau Simeulue (Nanggroe Aceh Darussalam), sangat terasa hingga ke Malaysia, Sri Lanka, India, dan Thailand. Gempa itu mengakibatkan kepanikan luar biasa bagi warga Medan dan Banda Aceh. Banyak warga berhamburan ke luar rumah untuk menyelamatkan diri, sedangkan jaringan listrik dan telepon di banyak tempat putus. Ketakutan akan terjadinya tsunami kedua membuat mereka bergegas menjauhi pantai. Diperkirakan jumlah korban tewas akibat gempa bumi tektonik itu bisa mencapai ribuan orang, sedangkan 80 persen bangunan rusak parah. Masyarakat di sekitar Pulau Nias dan Pulau Simeulue, dianjurkan sementara waktu tidak kembali mendiami rumahnya yang rusak akibat gempa tersebut. Pasalnya, gempa susulan diprediksikan akan terjadi.
Gempa terjadi pada 2,1 derajat Lintang Utara , 97 derajat Bujur Timur dengan kedalaman 30 kilometer akibat gesekan antara patahan Indo-Australia dengan Euro Asia. Patahan ini berbeda dengan gempa-tsunami yang terjadi 26 Desember 2004. Ketua Tim Peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang melakukan riset pasca-tsunami itu mengatakan, gempa hebat Senin malam terjadi karena beberapa kemungkinan.
Kemungkinan terbesar, gempa tektonik itu terjadi akibat normal fault yang memanjang pasca-gempa 26 Desember 2004. Normal fault dimaksud adalah terjadinya rekahan pasca-tumbukan lempeng Euro-Asia dan lempeng Indo-Australia yang menimbulkan gempa-tsunami. Para ahli memperkirakan, kini telah terjadi rekahan bumi sepanjang 1.660 Km di bawah perairan Mentawai hingga ke arah Kepulauan Andaman.

Analisis Alamiah
Mengacu data Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG), daerah-daerah yang rawan gempa bumi adalah Aceh, Sumatera Utara-Simeulue, Sumatera Barat-Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten-Pandeglang, Jawa Barat-Bantar Kawung, DI Yogyakarta, Lasem, Jawa Timur-Bali, NTT, NTB, Kepulauan Aru, Sulawesi Tenggara, Selawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sangihe Talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan, Kalimantan Timur, Jayapura, Nabire, Wamena, dan Kepala Burung Papua. Indonesia termasuk negara rawan gempa karena terletak di antara tiga lempeng Euro Asia, Pasifik, dan Indo-Australia. Ada empat faktor penyebab yang memungkinkan terjadinya gempa bumi di Indonesia.
Pertama, karena lempengan itu selalu bergerak 3 – 4 cm per tahun. Karena pergerakan tadi, terjadi gesekan antara satu lempeng bumi dengan lempeng lainnya. Bila tingkat elastisitas satu lempeng tidak kuat menahan gesekan, akan terjadi patahan lempeng yang mengakibatkan gempa bumi.
Kedua, karena produksi energi yang terjadi dari panas di pusat bumi, menimbulkan pelepasan energi, lalu menekan lapisan-lapisan kulit dekat permukaan bumi.
Ketiga, pelepasan energi juga bisa melalui aliran konvektif yang perlahan dari material dalam bumi. Itu semua merupakan sebuah proses yang oleh para ahli geofisika diyakini ikut mendorong menjauhnya antara benua-benua.
Keempat, ketegangan juga bisa dilepas pasca-keretakan mendadak kerak bumi, atau gerakan patahan-patahan kerak bumi. Gerakan di sepanjang patahan ini memancarkan energi ke luar dan memunculkan gempa bumi.
Menurut penelitian para ahli, pelepasan energi ketegangan dari dalam bumi ini, yang mewujud dalam gempa besar, cenderung terjadi di dua sabuk utama.
Sabuk pertama, tempat terjadinya pelepasan sekitar 85 persen energi dalam bumi, melewati kawasan Pasifik, dan lazimnya mengenai negara-negara yang garis pantainya berbatasan dengan Samudera Pasifik, seperti Jepang dan pantai barat Amerika Utara.
Sabuk kedua, melewati Laut Tengah, terus ke timur, ke Asia dan bertemu dengan sabuk pertama di Indonesia.

Dampak Gempa
Jika kita belajar dari gempa-tsunami di wilayah NAD dan Sumut 26 Desember 2004, bisa disimpulkan di pusat gempa telah terjadi patahan lempeng bumi yang turun. Pasalnya, para saksi yang sempat selamat menyebutkan, air laut semula surut besar secara mendadak, namun tak lama kemudian gelombang teramat tinggi berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan masuk sangat jauh ke daratan. Berbeda gejalanya jika di dasar laut terjadi patahan lempeng yang naik, maka gelombang tsunami langsung muncul.
Sebelum tsunami muncul, biasa terjadi gerakan tanah, getaran kuat, muncul cairan hitam atau putih dari arah laut. Biasanya juga terdengar bunyi keras, tercium bau garam menyengat, dan air laut terasa dingin. Jika gempa bumi menimbulkan tsunami, karakteristik gaya hidrodinamik akibat tsunami dapat memperkirakan analisis secara rinci terhadap kerusakan struktural bangunan di daerah pantai. Informasi itu sangat dibutuhkan bagi pengembangan pedoman perancangan sistem struktur bangunan tahan gempa-tsunami.
Beberapa penerapan praktis yang diperkenalkan para pakar yakni: sisi panjang dari struktur bangunan sedapat mungkin sejajar arah penjalaran gelombang, dan sisi pendek dari struktur bangunan harus sejajar dengan garis pantai. Gempa bumi memang tak dapat kita cegah, tetapi kita dapat memprediksi dan melakukan langkah – langkah antisipasinya.
Berdasarkan analisis alamiah, gempa besar 28 Maret itu terjadi karena rekahan bumi yang timbul akibat gempa 26 Desember 2004, maka berarti gempa Nias-Simeulue itu dapat diprediksikan untuk diantisipasi, lebih-lebih karena arah dan kecepatan lempengan bumi dapat terukur. Dengan demikian, sebelum terjadi gempa bumi seharusnya pemerintah sudah melakukan langkah-langkah antisipatif untuk meminimalisasi dampaknya di pulau-pulau tersebut.
Pemerintah harus segera melakukan penelitian yang intensif tentang segala sesuatu terkait sumber gempa bumi dan tsunami di seluruh wilayah Indonesia. Juga diharapkan menjalin kerja sama regional dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Pasifik guna mengembangkan sistem peringatan dini. Bahkan perlu secepatnya melakukan penyuluhan bencana di berbagai wilayah Tanah Air yang rawan gempa bumi.
Kita juga harus memberdayakan keterlibatan perguruan tinggi. Ilmu geofisika harus ditempatkan pada level kepentingan yang lebih tinggi dari yang ada sekarang. Jurusan Geofisika dan Meteorologi di institut teknologi dan universitas-universitas lain, lembaga penelitian, serta Badan Meteorologi dan Geofisika, kita harapkan terus meningkatkan kepakarannya. Jika mereka mampu memberikan pemahaman lebih besar tentang masalah geofisika, khususnya yang terkait kondisi Indonesia, kita akan memperoleh gambaran lebih utuh tentang perilaku alam yang bisa berulang secara periodik.

Penulis adalah anggota Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), alumnus ITB. Tinggal di Depok

1 comments:

Lemoth_cakep said...

:grin: :mrgreen: :neutral: :twisted: :arrow: :shock: :smile: :???: :cool: :evil: :idea: :oops: :razz: :roll: :wink: :eek: :lol: :mad: :sad: :!: :?: hey tsunami will be goin again in year 2012 - 2020 in ASIA

Post a Comment