Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia

Share, salah satu unit kegiatan mahasiswa ITB yang memfokuskan diri pada riset, kembali menyelenggarakan presentasi terbuka, kali ini mengangkat topik "Nuclear Power Plant For Electricity in Indonesia", Sabtu (06/12) lalu. Presentasi diisi oleh perwakilan Share Energy Network, Siti Reiwanti Auliyani (MIPA'08), perwakilan Social Issue Network, Gladys Emmanuella Putri Langi (SITH'08), dan dilanjutkan oleh Kepala Laboratorium Nuklir Fisika ITB, Dr. Zaki Su'ud M. Eng. Presentasi diarahkan seputar prospek nuklir sebagai pembangkit listrik di Indonesia dari segi teknologi, keamanan, sosial, dan lingkungan.

Dalam kajian Energy Network yang disampaikan Siti Reiwanti, produksi energi Indonesia tahun 1999-2010 terus menurun dari 1480 hingga 1050 MBOPD (Thousand Barrels of Oil Per Day).Sementara, konsumsi energi terus meningkat dari 980-1650 MBOPD.Beberapa daerah di Indonesia seperti Aceh, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sumatra Barat, dan Riau,bahkan mengalami Break Event Point (BEP) dalam hal ketahanan listrik.

Saat ini, di dunia telah dibangun 443 Pembangkit Listrik Tenaga Listrik Nuklir dengan total kapasitas 376 GW. Asia, ternyata merupakan regional di dunia yang mengalami perkembangan signifikan dalam hal energi nuklir. Di Asia Timur dan Selatan telah beroperasi 109 reaktor nuklir, 18 pada tahap pembangunan, dan lebih dari 110 reaktor pada tahap perencanaan.Di Indonesia,Reaktor Nuklir Triga Mark 2000 yang berlokasi di Bandung menghasilkan power output 2000KW pada tahun 2000, reaktor nuklir Kartini yang beroperasi di Yogyakarta menghasilkan power output 100KW,dan reaktor nuklir G.A.Siwabessy yang berlokasi di Serpong, Tanggerang menghasilkan power output 30 MW.

Prinsip kerja reaktor, seperti yang dipaparkan Zaki Su'ud, berawal dari reaksi fisi beruntun, yaitu reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil, serta radiasi elektromagnetik. Satu gram Uranium-235 dapat menghasilkan 81,97 Giga Joule energi atau setara dengan keluaran daya 1MW day.

Dalam hal sistem pengendalian nuklir, bila jumlah netron dari waktu ke waktu bertambah, reaktor dalam kedaan super kritis (daya meningkat) maka batang kendali masuk dalam teras dan penyerapan netron akan lebih intensif sehingga populasi netron akan cenderung menurun dan daya akan turun. Bila jumlah netron dari waktu ke waktu menurun, reaktor dalam keadaan sub kritis (daya menurun)maka batang kendali ditarik keluar teras dan penyerapan netron berkurang sehingga populasi netron cenderung meningkat dan menyebabkan kenaikan daya. Bila jumlah netron dari waktu ke waktu stabil maka reaktor dalam keadaan kritis, sistem batang kendali yang akan mengontrol posisi penyerap netron yang kuat(Misal B-10) masuk atau keluar teras reaktor. Beberapa alternatif sistem pengendalian reaktor diantaranya memanfaatkan umpan balik reaktivitas-perubahan temperatur dan parameter lain dari teras dimanfaatkan untuk mengendalikan teras-, menggunakan sistem reflektor-pada beberapa reaktor inovatif-, dan menggunakan komponen pasif.

Standar-standar dalam pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir diantaranya reaktor nuklir merupakan produk yang dikontrol internasional dengan sangat ketat sehingga jaminan kualitasnya termasuk yang paling baik diantara produk-produk industri yang ada. Selain itu, standar-standar dan prosedur termasuk dalam hal pengoperasian dan sistem keselamatan harus diterapkan dengan sempurna agar izin pengoperasian dapat berjalan secara lancar.

Dari segi sosial dan lingkungan, Gladys memaparkan Nuclear Waste dapat di-recycle setelah dilakukan treatment atau distorasi setelah dikonsentrasikan. Negara yang telah menerapkan metode ini diantaranya Inggris dan Prancis. Di Indonesia, kegiatan memproses limbah radioaktif tengah dilakukan oleh Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) di Serpong, Banten, dibawah kendali Badan Tenaga Atom Nasional (Batan)

0 comments:

Post a Comment