Daftar Caleg Stres 2009

Hari pencontrengan Pemilu Legislatif, 9 April, telah berlalu. Namun, kisah sedih, khususnya para caleg yang stres gara-gara tidak bisa duduk di kursi Dewan, semakin hari semakin bertambah. Seperti halnya di Balai Rehabilitasi Mental di Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga (Jateng), kini menerima kembali lima caleg stres. Hingga saat ini, teradapat 14 caleg stres yang dirawat dan tinggal bersama manusia kanibal Sumanto.

"Saat ini sudah ada 14 caleg dan tim sukses caleg yang depresi akibat pemilu dan dirawat di tempat kami. Ada tiga orang lagi yang sudah memesan dan akan segera datang. Yang jelas, kamar kami masih mencukupi karena ada 25 kamar yang disiapkan," kata pengelola Balai KH Supono Mustajab, Sabtu (18/4).

Supono mengatakan, meski kamar yang disiapkannya masih cukup, dia berharap jumlah caleg stres tidak terus bertambah. "Mudah-mudahan saja jumlah caleg stres tidak bertambah lagi. Kasihan mereka," kata Kiai Supono.

Terhadap pasien spesial ini, Supono yang juga menjadi caleg di DPRD Purbalingga, berniat akan membebaskan biaya pengobatannya. Hal itu karena pertimbangan kemanusiaan. "Mereka sudah habis uang banyak untuk nyaleg. Sebagian uang itu adalah hasil utang sana-sini yang akan dikembalikan kalau jadi. Tetapi ternyata mereka tidak jadi," kata Supono yang belum mengetahui apakah dirinya lolos caleg atau tidak.

Namun, Supono menegaskan, yang digratiskan hanya akomodasi dan tempat selama menjalani perawatan. Sementara untuk biaya obat dan jasa dokter tetap harus dibayar. Sebab, Supono mengaku tidak bisa membuat obat maupun melakukan pengobatan secara medis sendirian.
Para pasien khusus ini berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Kalimantan dan Sumatera. Makanya ketika TV swasta ramai-ramai menayangkan wajah mereka yang dirawat di Wisma Sumanto--demikian julukan tempat rehabilitasi itu--keluarga mereka komplain kepada Supono.

"Mereka malu karena masyarakat jadi tahu keluarganya yang nyaleg tidak jadi, ternyata stres dan dirawat di sini. Mereka komplain mengapa saya mengizinkan wartawan mengambil gambar. Mereka malah saya salahkan karena ketika mengantar pasien tidak bilang kalau pasien itu adalah caleg,"ujarnya.

Sebagian besar keluarga yang datang saat mengantarkan si caleg gagal itu hanya mengatakan bahwa pasien depresi dan tidak menjelaskan penyebabnya. Kedok itu terbuka ketika si pasien berteriak-teriak sendiri di kamarnya seolah sedang kampanye di atas panggung terbuka.
"Tentu saja hal ini menarik perhatian. Setelah pasien saya tanya, dia mengaku menjadi caleg. Ada yang pintar ngomong tentang politik, ada juga yang hanya mengumbar senyum, tetapi ada juga yang bawaannya marah melulu dan seperti mau mengajak berkelahi siapa pun yang ada di depannya," ujar Supono.

Pasien yang marah-marah dan berpotensi mengamuk terpaksa dimasukkan di ruangan khusus berjeruji. Tujuannya agar dia tidak melukai pasien lain, keluarganya, atau petugas balai rehabilitasi. Setelah mendapat penanganan medis maupun rohani selama beberapa hari, mereka kemarin sudah nampak tenang. Joko, pasien asal Wonosobo (Jateng) yang mengaku caleg dari PKB, mengaku tenang setelah dirawat di Bungkanel.

"Saya senang berada di sini karena tenang. Saya juga senang karena di sini dapat makan dan ada pengajian. Tapi saya tidak mau lagi ngomong soal pemilu," kata Joko.

Panen Orang Stress

Diperkirakan ada sekitar 186.000 caleg yang mesti mendapatkan bantuan psikolog karena gangguan jiwa lazim, 4.800 caleg yang memerlukan rawat jalan dan pengobatan karena gangguan jiwa berat, dan 480 caleg yang perlu mendapat perawatan di rumah sakit jiwa.

Perkiraan di atas disampaikan oleh psikiater dari Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Hervita Diatri dalam Forum Temu Media FKUI, Jakarta, Senin (20/4).

"Ini dihitung berdasarkan prevalensi riset kesehatan dasar tahun 2007, pusat penelitian dan pengembangan Depkes yang dikalikan dengan jumlah kegagalan para caleg. Jumlah tersebut didasarkan dari rasio kemungkinan jumlah caleg dengan kursi yang diperebutkan," kata Hervita.

Lebih lanjut ia menjelaskan, gangguan jiwa lazim itu seperti depresi, kecemasan, sulit tidur, gangguan makan, keluhan fisik tanpa dasar. Sedangkan gangguan jiwa berat meliputi gangguan perilaku, pikiran bunuh diri, penyalahgunaan zat dan alkohol.

"Setidaknya ada 4 faktor yang membuat hal itu bisa terjadi pada para caleg," ungkap Hervita. Pertama adalah faktor individu. Mereka yang masuk di sini adalah yang pada dasarnya memiliki kecenderungan mekanisme adaptasi dan cara penyelesaian masalah yang kurang matang.

Kedua, faktor sosial-ekonomi. Para caleg memiliki motivasi yang kuat tetapi kurang mendukung untuk persiapan kegagalan. Para caleg menganggap pencalonan dirinya sebagai tindakan penyelamatan untuk perbaikan ekonomi, status sosial; merupakan tindakan investasi maupun dianggap sebagai lapangan pekerjaan.

Ketiga, faktor sistem. Kurangnya pemahaman mereka tentang sistem demokrasi dan pemilu, partai, termasuk posisi yang akan diperebutkan sehingga risiko kegagalan kurang diprediksi.

Terakhir, terkait dengan faktor strategi. Mereka kurang memperhitungkan untung-rugi. Tindakan yang mereka lakukan, seperti menjual begitu saja harta benda mereka seperti rumah dan tanah dan juga berutang dalam jumlah yang besar, bisa memicu stres.

Untuk itu, Hervita mengingatkan bahwa kemungkinan jumlah caleg yang stres bisa terus bertambah mengingat proses penghitungan suara masih berlanjut. Oleh karenanya, ia mengingatkan beberapa hal.

Pertama, keluarga caleg perlu menjaga komunikasi dan saling memberikan dukungan untuk lebih mampu melihat semua ini sebagai proses yang perlu dihadapi bersama secara positif.

Kedua, bila para caleg maupun anggota keluarga caleg melihat ada perubahan secara psikologis maupun fisik seperti yang tersebut di atas, maka sangat disarankan untuk konsultasi dengan tenaga kesehatan jiwa.

"Ketidakberhasilan yang terjadi saat ini adalah milik saat ini. Kehidupan memiliki masa lalu, saat ini dan masa depan. Mari belajar bersama dari masa lalu dan saat ini, untuk merangkai masa depan," kata Hervita.

FPI Karawang Buka Layanan Konsultasi Caleg Stres

Caleg Stress

Karawang (ANTARA News) - Dewan Pimpinan Wilayah Front Pembela Islam (DPW FPI) Kabupaten Karawang berencana membuka layanan konsultasi dan penyembuhan bagi calon legislatif (caleg) yang stres usai Pemilu 2009 mendatang.
Ketua DPW FPI Karawang, ustadz Cepyan Lukmanul Hakim, Minggu, mengatakan, kemungkinan caleg yang stres itu terbuka, karena saat ini banyak caleg yang terlalu berambisi menjadi anggota DPRD. Selain itu, juga karena tidak seimbang antara kemampuan dan keinginan.
"Untuk DPRD Karawang terdapat 661 caleg, sedangkan yang akan ditetapkan menjadi anggota DPRD hanya 50 orang. Itu juga yang menjadi salah satu penyebab akan adanya caleg yang stres," katanya.
Dikatakannya, sebelum Komisi Pemilihan Umum (KPU) Karawang menetapkan para caleg masuk katagori daftar calon tetap (DCT), tidak sedikit caleg yang mengalami stres ringan.
Selanjutnya, setelah ditetapkan menjadi DCT, masing-masing caleg berupaya mendapatkan nomor urut satu. Namun kenyataannya, pemilu kali ini ditetapkan melalui perolehan suara terbanyak.
Atas hal tersebut, pihaknya memprediksi caleg yang stres berat pasca pemilu nanti mencapai 20 sampai 30 orang. Sedangkan yang stres ringan diperkirakan mencapai 50 persen dari jumlah caleg di Karawang.
"Dengan prediksi seperti itu, kami akan membuka layanan konsultasi dan penyembuhan bagi caleg yang stres pasca pemilu nanti," katanya.

Pengamat politik dari Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia Sri Budi Eko Wardani menilai, banyaknya pemberitaan media terkait caleg stres bahkan hingga bunuh diri, adalah buntut dari kesalahan partai politik dalam merekrut para caleg.
Dani mengatakan, partai politik tidak mempunyai kesiapan yang matang dalam hal perekrutan caleg untuk memperjuangkan daerah pilihan (dapil) mereka.
"Ini bukti dari parpol yang asal rekrut caleg, tidak peduli dengan latar belakang dan kesiapan dari caleg itu sendiri, harusnya siap dengan dapil mana yang dijagokan," ujar Sri Budi di Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia, Depok, Kamis (16/4/2009).

Hal ini, kata Dani, dapat menjadi pembelajaran bagi rakyat, di mana ke depan, masyarakat dapat berpikir dua kali untuk mendirikan suatu partai politik dan menjadi caleg. "Hal ini dapat menjadi shock theraphy bagi rakyat, untuk berpikir sebelum terjun menjadi caleg, pikirkan konsekuensinya." katanya.
Sementara itu, fenomena keberhasilan caleg artis, menurut Sri Budi, dapat memberikan warna yang beragam di Senayan. Dia menilai, masih banyak pekerjaan mereka terutama dalam hal merevisi Undang-Undang politik seperti Undang-Undang Pemilu yang banyak tambal sulam oleh Mahkamah Konstitusi.
"Meski demikian, caleg artis ataupun caleg wajah baru, tetap harus mendapatkan training politik, ataupun orientasi soal pemerintahan, bagi para caleg yang masih fresh tersebut," jelasnya.
Namun fenomena keberhasilan caleg artis tersebut masih belum dapat dipastikan karena angka tabulasi yang belum seluruhnya masuk dan cenderung lambat. "Selain itu, caleg-caleg baru tersebut masih sangat memerlukan adaptasi," tegasnya.

Datangi Paranormal
Caleg Stress
Seorang calon legislator di Cirebon, Jawa Barat, baru-baru ini, mendatangi paranormal. Hal tersebut dilakukannya guna menghilangkan beban depresi yang dideritanya pascapemilihan umum legislatif. Caleg yang enggan memberitahu identitasnya ini mengaku frustrasi pascapemilu legislatif 9 April silam. Ia mengaku telah gagal mendulang suara, padahal biaya yang dikeluarkan mencapai ratusan juta rupiah.

Sementara Markas Besar Forum Spiritual Peduli Cirebon di Desa Sinarancang Mundu, semakin ramai dikunjungi. Selain berkonsultasi, para caleg yang gagal dalam pemilu juga menjalani terapi di sana. Pemimpin padepokan, Ujang Bustomi menyatakan sudah menerima 15 caleg yang mengalami depresi. Jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah.

Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Balai kesehatan Jiwa Kalawa Atei, mulai didatangi caleg dan pendukungnya yang stres. Hingga kemarin, sudah dua caleg yang datang berkonsultasi dan satu pendukung caleg terpaksa dirawat inap.

Menjadi calon wakil rakyat hendaknya sedari awal sudah kuat mental dan pikiran. Apalagi para caleg juga sudah menyatakan siap menang dan siap kalah yang artinya siap menanggung semua konsekuensi yang terjadi.(OMI/Ridwan Pamungkas)

Merenung Berlebihan

Siapakah Syarifuddin Punna? Dia Ketua Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) Sulawesi Selatan. Kepada INILAH.COM, dia berkisah, dua hari setelah penyentangan, dia mulai menerima keluhan dan curahan hati dari calegnya yang tak memperoleh suara sesuai yang dibutuhkan. Di Makassar saja, katanya, sudah ada sekitar tiga orang yang menunjukkan gejala-gejala kurang waras itu.

"Sudah banyak caleg saya yang mulai menunjukkan gejala kurang waras. Mereka sering merenung sendiri, dan berdiri di pinggir jalan seperti orang linglung," papar Syarifuddin di Makassar, Sabtu (11/4).

Ia menggambarkan kehawatiran calegnya yang tidak bisa menerima kenyataan akan kekalahannya, bisa gila dan stres. Pasalnya, mereka sudah mengeluarkan uang banyak untuk sosialisasi. Di Sulsel, caleg PPDI tercatat sebanyak 300 orang.

Jauh sebelum hari penyentangan, mereka sudah hitung-hitungan akan memperoleh suara banyak. Tapi ternyata suara yang diperoleh tidak sesuai harapan. Hal ini sangat mempengaruhi kejiwaan dan mental para caleg.

Syarifuddin tak tinggal diam melihat fenomena ini. Apalagi, jauh-jauh hari, sudah banyak pihak yang mengingatkan ancaman kejiwaan terhadap caleg yang gagal. Maka, dia pun mengajak seluruh caleg PPDI Sulawesi Selatan yang gagal untuk berkumpul, bergembira, dan bercanda bersama. Sabtu (11/4) malam, acara itu berlangsung dengan mengundang ustad untuk memberi pencerahan.

"Kita memberikan dorongan dan memperkokoh keimanan para caleg, baik internal maupun eksternal. Jangan sampai caleg jadi stres," ujarnya.

Caleg DPR RI ini mengimbau agar para caleg yang kalah bertarung mau menerima dengan ikhlas kekalahannya. Sebab, jika berani bertaruh dalam Pemilu, harus pula siap menerima kekalahan.

Lain di Makassar, lain pula di Semarang. Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Amino Gondohutomo kini bersiap serius menerima calon pasien baru: para caleg gagal yang depresi. Mereka pun menambah kapasitas ruang VIP, dari semula 12 tempat tidur jadi 26. Rupanya, mesti stres, masih ada pengelompokan kelas pasien.

"Namun,penambahan kapasitas ruang VIP tersebut tidak berkaitan langsung dengan adanya isu akan adanya caleg yang depresi akibat kalah. Penambahan ini sudah dilakukan sejak sekitar Januari 2009," kata dr Suprihartini, Wakil Direktur Pelayanan Medik RSJD itu.

Suprihartini sendiri RSJD di Semarang itu akan dijejali caleg gagal yang stres. Dia malah menilai isu itu berlebihan. Dia punya dasar pemikiran seperti itu karena sebelumnya ikut sebagai tim uji kelayakan caleg beberapa waktu lalu. Hasilnya, hanya sedikit indikasi caleg yang rentan terhadap depresi. "Hanya 0,5%," katanya

Teriak dan Menghina Partainya sendiri

Kini mulai bermunculan beberapa caleg di Kabupaten Garut yang diindikasikan kuat mengalami stres berat. Bahkan, sempat terjadi dua caleg dari dua parpol berbeda marah besar sambil berteriak menghujat tim suksesnya.

Hal itu terjadi menyusul keduanya juga diindikasikan telah menebar uang sebelum pemungutan suara pada salah satu TPS di wilayah Kecamatan Wanaraja, Garut. Namun, setelah dilakukan penghitungan suara, hasil sementara menunjukkan keok atau kalah telak sehingga sempat ditenangkan sekaligus diamankan pada Polsek setempat. Namun, kini telah dilepaskan kembali ke alam bebas.
Selain itu, juga terdapat salah seorang caleg perempuan dari parpol tertentu yang mendadak meninggal dunia setelah mengetahui dari hasil perolehan suara sementaranya kalah telak, ungkap sumber yang enggan disebut namanya, juga enggan menyebutkan identitas caleg tersebut, Sabtu.
Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Garut, Dadang Sudrajat, menyatakan di ruang kerjanya, hendaknya seluruh caleg dari parpol mana pun bisa bersabar karena hingga kini masih berlangsung rekapitulasi penghitungan suara.
Dengan agenda pada 11-15 April berlangsung rekapitulasi penghitungan suara di tingkat Panitia Pemungutan Kecamatan (PPK), dilanjutkan pada 17-19 April dilaksanakan rekapitulasi penghitungan suara di tingkat kabupaten, sehingga penetapan perolehan suara sahnya pada 19 April 2009.
"Diharapkan jangan emosional menyikapi perolehan suara sementara, juga hendaknya bisa menerima ikhlas apa pun hasilnya, sekaligus dapat terus-menerus memanjatkan doa kepada Allah SWT," ungkap Dadang Sudrajat menyikapi mulai banyaknya caleg yang kini huleung jentul (banyak merenung sendiri) di daerahnya.

Buka Baju

caleg stress

Seorang caleg DPRD Jawa Timur dari Partai Hanura, Heru Santoso (45), bertingkah aneh di lokasi penghitungan suara KPUD Mojokerto, Jalan RA Basuni, Sabtu (18/4/2009). Heru juga melepas baju di ruang penghitungan suara.
"Sini pak polisi, berfoto bersama saya. Biar jadi terkenal," kata Heru Santoso kepada seorang polisi yang hendak membawanya keluar ruangan.
Tanpa melawan, Heru lalu memakai baju dan kaos yang bergambar dirinya dan logo Partai Hanura. Di luar ruangan, tingkah Heru semakin aneh. Diawali dengan memakai kacamatan dan helm, Heru lalu bernyanyi dan menari di halaman kantor.
"Di balik kerudung, wajahmu tersembunyi. Kau cantik alami, anugerah ilahi," teriak Heru sambil berjoget. Tak lama berselang, Heru didatangi seorang polisi dan Ketua KPUD Kabupaten Mojokerto, Didik Hendro dan diminta meninggalkan halaman.
Saat naik sepeda motor, Heru menghujat beberapa nama. Diantaranya ketua DPRD Kabupaten Mojokerto dari PKB, Sirodji Achmad yang dianggap sebagai orang gila. Tepat di pintu masuk halaman tempat penghitungan suara, Heru kembali bertingkah aneh.
Di atas sepeda motor, Heru membaca teks proklamasi. Tidak ada yang janggal pada teks deklarasi kemerdekaan itu. Namun saat kalimat "atas nama bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta" diucapkan, Heru ternyata mengubah dengan kalimat lain.
"Atas nama bangsa Indonesia, Soekarno, eh Heru Santoso-Yeni Wahid," kata Heru Santoso. Setelah itu, Heru menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Belum usai menyanyi, Ketua KPUD Didik Hendro mempersilahkan Heru pergi dari lokasi.
Heru Santoso merupakan caleg Partai Hanura DPRD Provinsi Jawa Timur dengan nomor urut 11 Daerah Pemilihan VIII, meliputi Mojokerto, Jombang, Nganjuk dan Madiun. Untuk Kabupaten Mojokerto, Heru baru mendapat 55 suara.(fat/fat)

Telanjang

Fenomena calon legislatif stres akibat kalah perang' terus bermunculan. Di Bogor, Jawa Barat, seorang pria yang mengaku mantan caleg Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ditemukan telanjang di pinggir jalan, Selasa (21/4/2009).

Untuk mengetahi identitasnya, pria stres itu kemudian digaruk petugas Sat Pol PP untuk dimintai keterangan soal identitasnya, di Mapolres Bogor.

Saat dimintai keterangan, pria stres ini mengaku caleg PKS dengan nomor urut satu. Namun pria stres ini tidak mau menjelaskan identitasnya.

Untuk mengetahui identitas serta menyembuhkan penyakit pria ini, petugas selanjutnya membawa pria stres ini ke Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi, Kota Bogor, Jawa Barat.

0 comments:

Post a Comment